Lahir, disebuah kota besar di Jakarta,Jelambar Raya. tepatnya. Disitu, masa kanak-kanakku habiskan.Menyenangkan.Aku tinggal bersama 4 saudara kandung.dari Ibu yang .dalam memoriku..dia sosok yang begitu lembut. sangat tekun beribadah. dan tak pernah banyak bicara.Keadaannya yang sering sakit.membuatnya selalu berbaring lemah.sementara kami, anak-anaknya begitu ceria, tanpa tahu betapa ia menderita akibat sakit yang dirasa.Sebut saja..Sumijati,namanya. wajahnya yang lembut, tubuhnya yang mungil, dan rambutnya yang panjang hampir sampai ke lutut, selalu disisirnya dengan lembut.Saat Ibu menyisir rambutnya, aku pasti duduk disampingnya..serasa asyik mengikuti ayunan tangannya menyisir helai demi helai rambutnya yang hitam dan panjang. Mungkin itu dulu yang membuat ayahku tertarik pada ibu.Kulitnya kuning langsat.dengan bola mata yang bulat memanjang.sorot mata yang lembut tapi tajam, membuat Ibu, jadi sosok yang begitu menentramkan.Aku selalu senang bila duduk dipangkuan Ibu bila beliau selesai sembahyang.Ibu membiarkanku duduk dipangkuannya, sambil terus ia ucapkan doa-doa panjang yang tak ku peduli apa artinya. aku hanya merasakan kedamaian yang dalam..saat tangannya menengadahkan bersama doa-doanya.
Terekam dalam memoriku, setiap pagi menjelang , sebelum subuh dan sebelum kokok ayam jantan memperdengarkan suaranya.Beliau, pasti telah tegak berdiri dalam balutan mukena putih dan sajadah panjangnya.Berdiri tegak bagai pohon yang kokoh.tunduk, seakan beliau tenggelam dalam permohonannya yang dalam.Ya...Ibuku..begitu kuat dalam ibadah,seakan ia mengerti bahwa ia tak akan pernah lama bersama kami.
Aku adalah sosok anak kecil, berumur 5 tahun..yang lincah, meski sangat pemalu.Ibuku sering memintaku untuk membelikan sesuatu di warung, dan itu hal yang paling suka aku lakukan, karena setiap pulang dari warung, sisa kembaliannya, aku belikan jajan. Pernah suatu ketika, aku takut meminta uang Ibu, padahal, aku ingin sekali membeli mainan balon tiup, kesukaanku, kalau tidak salah seharga 5 rupiah.Diam-diam, aku sering mengambil uang jajan dari dompet beliau yang terselip.dibalik kasur ranjang tempat kami tidur.Sekali dua kali Ibu, tak pernah tahu.Tapi sepertinya Ibu tahu tapi pura-pura tidak tahu..Akhirnya ada suatu saat sembari beliau melipat mukena putihnya, beliau berkata dengan lembut."Tari..kalau mau jajan bilang aja sama Ibu..Nanti Ibu pasti beri kamu uang.Gak usah sembunyi-sembunyi ya". Entah mengapa, kalimat yang datar namun dalam, sudah cukupo membuatku tak ingin lagi mengulangi perbuatan terlarang.Paling-paling kalau aku ingin sesuatu, pasti aku akan terus mengejar dIbu, dengan pertanyaaan,"Ibu mau beli ke warung?, ntar Tari yang belikan ya?", Ibu pasti udah tahu arah pertanyaanku....terkadang aku sengaja menemani Ibu memasak di dapur,berharap ada saja bumbu yang kurang, supaya aku dapat uang jajan utk beli mainan yang aku suka..
Waktu kecil, untuk ukuran anak perempuan seusiaku.Aku tergolong tomboy,meski itu hanya aku lakukan dirumah. Di sekolah, aku adalah gadis cilik pemalu, yang gak pernah berani main dan keluar dari bangku di Taman Kanak-Kanak,.hingga seringkali, teman-teman menggodaku.Ada yang coba, mencolekku atau juga memanggil, namaku.tapi aku gak perah bergeming menanggapinya. entah kenapa aku juga gak pernah tahu. saking pem,alu dan takutnya di sekola,pernah saat aku kebelet mau ke toilet, aku gak berani bilang sama buGuru.Diam, dan akhirnya aku mengompol di kelas.Basah semua rokku, tapi tetap saja aku diam.tapi bila bel sekolah berbunyi, dan bermain dirumah, akus eperti berubah menjadi nak kecil yang pemberani. Jago kandang.saking beraninya, aku pasti ikut permainan laki-laki.Ya kakakku yang sulung slalu megajakku pergi bermain. saat musim layangan tiba, aku bersama kakan laki-lakiku mengejar layang yang putus, nanti pasti aku kebagian yang pegang layangnnya.Pernah juga waktu musim adu ikan cupang. Wah asyik juga..bersama kakak, aku ikut memilih ikan mana yang bagus. Gak aku mengerti tapi, aku merasakan asyiknya bermain bersama teman kakakku yang laki-laki.Kadang juga kita bermain kemah-kemahan sambil memasak nasi, dihalaman rumahku yang memang jadi markas berkumpulnya anak-anak waktu itu.Kakakku pasti jadi pimpinannya.Sedang Ibu selalu membiarkan kami bermain dengan segala imajinasi yang kami punya.Fisiknya yang lemah tak terganggu oleh keributan yang kami ciptakan dirumah.
Bila saat maghrib tiba, Ibu selalu membimbing kami, untuk sholat jamaah bersama, membuka ayat demi ayat alQuran,membimbing kami untuk membacanya hingga kami benar-benar mampu membacanya dengan baik.
Meski aku sudah dapat mengaji bersama Ibu, beliau tetapsaja memanggilkan guru mengaji dirumah.Pak Jajang, namanya. Beliau guru agama sekolah.setiap dua kali seminggu beliau mengajarkan kami mengaji dirumah,bersama teman-teman. Wah rumahku gak pernah sepi dari suara riuh teman-temanku. Itulah yang menginspirasiku, mengapa aku begitu ingin punya rumah yang besar ,dimana tak ada sekat,status sosial yang menghalangi, dimana yang ada hanya ketulusan tuk berbagi..seperti Ibu.
Bila sudah selesai mengaji bersama Ibu, giliranku belajar bersama ayah.Saol apapun bisa ditanyakan pada beliau. Beliau, sosok ayah yang bersahaja, pekerja yang taat,ulet dan selalu semangat.Dari Ibu pula beliau belajar melakukan sembahyang, mengeja huruf-huruf alQur'an.Fisik Ibu yang lemah,menyimpan kekuatan ruhiyah yang memberi energi jiwa diruang keluarga...Ahhh andai Ibu..bisa menemaniku hingga dewasa....Banyak hikmah dan ilmupasti kutemui disana.
Diusiaku yang menginjak 7 tahun.Ibu mengandung adikku yang kelima.Krena fisik yang lemah digerogoti penyakitnya. Beliau tetap berpegang pada keyakinannya,untuk tidakj mau ber KB. Terdenganr kolot.Tapi itulah Ibu.Disaat kehamilannya menginjak bulan keenam, mata Ibu terlihat kuning..Akupun bertanya dengan polosnya."BU, kenapa mata Ibu kok kuning'"emang Ibu sakit.?"Ibu hanya tersenyum, sambil tertap menuangkan nasi kedalam piringku.Lauk yang tersaji emangkuk sup diberi kacabg hijau, itu pasti ada dimeja. Aku gak suka..tapi aku gak pernah protes untuk itu.Apapun pasti aku melahapnya, tanpa menyadari penyakit Ibu kian hari kian parah...
Menjelang kelahirannya Ibu makin terus terbaring di ranjangnya.Ditenmani seorang tante yang selalu siap melayani Ibu.Dipandangi wajah Ibu saat tidur..begitu dalam dan tenag..Sambil berlinang air mata..Tante coba bangunkan Ibu."MBakyu,yu...bangun..sholat yu..?pelan dibukanya mata Ibu perlahan..sambil setengah berbisik. Ya..bantu aku ambil air wudlu ya!"Dituntun Ibu kekamar mandi, dipapahnya untuk melakukan sholat sambil berbaring.Itu dilakukan sepanjang hari.Dan beliau tak pernah menghentikan menjalankan ibadah sunnahnya meskli raga sudah tak lagi berdaya.
Di hari-hari terakhir kepergiannya..Ibu seakan mngerti bahwa ia tak akan mampu hidup lebih lama lagi..Dipanggilnya adik Ibu.untuk duduk disampingnya..Mul, aku sudah gak kuat.titip anak-anak ya..hari-hari Ibu kian terasa lemah. Dengan sabar tante merawat Ibu dan kami anak-anaknya.Disekanya wajah Ibu, yang makin kuning, dan pucat, sambil mengahrapa Allah kan beri keajaiban.Usia kandungan Ibu kian tua, hingga menjelang subuh, saat kami semua terlelap dalam tidur.Ibu sudah di bawa kerumah sakit. Adikku Tito yang baru berusia 3 tahun, menagis mencari Ibu."Tante, Ibu dimana?''.Ibu mau melahirkan adik dibawa kerumah sakit.remang-remang suasana fajar pagi itu, tak kurasakan bahwa itulah hari terakhir kami bersama Ibu. Terlelap lagi kami, dalam kepolosan bocah tak mengerti, betapa hati tante galau, dan bingung akan bagaimana nasib kami, bila ibu mereka pergi tuk selamanya.
Pagi Itu, kami melakukan aktivitas seperti biasa, dan ayah tak kunjung pulang dari rumah sakit. Tapi beliau mengabarkan bahwa Ibu sudah melahirkan bayi laki-laki.AAH..punya adik lagi..pikirku..ya..tanpa beban aku merasa senang saja..keluargaku makin bertambah.Sore itu ayah pulang dari rumah sakit.membawa baju-baju kotor Ibu dan dengan wajah sedih, eperti ada yang mengganjal di hatinya....Tiba-tiba Ayah memanggil tanteku.".Yati..sini sebentar?'tante berjalan dengan langkah perlahan, seperti tahu ada berita buruk yang bakal di dengar."hari ini, mbakyumu koma, Ti...sambil menelan ludah bapak meneruskan ceritanya..Levernya udah pecah...sulit untuk di tolong lagi...?dokter udah membantunya dengan oksigen."butir-butir airmata mengalir di wajah tante, yang waktu itupuin sedang mengandung bayi pertamanya.?Tak kuasa ia menahan tangisnya..disembunyikan dibalik saputangan yang terus digenggamnya. Dia adik Ibu, yang paling tahu keadaan Ibu..Dia selalu ikut Ibu sejak Ibu masih sekolah hingga kini telah menikah...Dan..dia pula yang paling mengerti betapa Ibu sosok kuat yang begitu lemah karena sakitnya.Sejak hari itu..Ibu tidak bisa lagi diajak bicara . Selang oksigen terpasang dibadannya.sendi-sendinya tampak biru legam.Tubuhnya menguning.dan perutnya membuncit.Karena pembengkakan hati yang cukup kronis.Sedangkan adikku yang baru dilahirkan terpaksa tidak bisa mendapat ASI ekslusifnya..Dia langsung mendapat perawatan khusus, untuk mencegah penularan.
Hari itu..rumahku penuh dengan para tamu.kursi-kursi rumah dijajar diluar.Tikar-tikar digelar, pengajian dikumandangkan.Banyak sekali tamu datang, semua memandang kami dengan rasa penuh iba, tak mampu berkata.Tiba-tiba ayah mengajak kakakku yang pertama untuk melihat Ibu dirumah sakit. Waktu itu aku merengek ingin ikut, tapi ayah gak ijinkan."Ntar ya kaka dulku,gantian, "alasan ayah padaku."Sepanjang jalan semua nasihat ditumpahkan,agar kaka mampu tenang dan sabar, bila nanti melihat Ibu.Terdiam,seakan mengerti apa yang sedang terjadi.Setiba di rumah sakit..Ibu dengan matanya yang sayu, tanpa mampu mengucap kata-kata, tampak gelisah, seperti ada yang ingin dinantinya.di depan pintu kamar rumah sakit..dengan menggandeng tangan kakak, ayah membisikkan sesuatu ditelinga Ibu,"Ma ini anakmu...aku ikhlaskan mama pergi, insya Allah anakmu aku rawat dengan baik.Perlahan Ibu tersenyum, dikatupkan matanya....dan Inalillahi wainnailaihirojiun...Ibuku pun pergi tuk selam-lamanya...Tak ada yang bisa terungkapkan kesedihan yang mendalam...seperti jadi goresan luka yang tak akan pernah hilang tuk selamanya.
Pemakaman Ibu begitu mengharu biru. 10 kendaraan beriringan tak terhentikan oleh lampu merah jalanan , di sepanjang jalan menuju pemakaman karet Jakarta."Ibumu orang baik nak"..begitu semua mengatakan..Hingga selesai pekuburan hujanpun mengguyur.Tanda alam seakan ikut membaur dalam kesedihan yang dalam.Ya...Dialah Ibu sosok yang kupanggil Ibu hanya sampai 7 tahun usiaku..Begitu berartinya beliau bagiku.,memberi inspirasi.bahwa sosok Ibu haruslah orang yang kuat dalam ruhani..yang dengannya membimbing anak-anaknya menggapai cita-cita.meski tanpa kehadirannya disisi kami..SEmoga Allah menepatkannya di tempat mulia di sisiNya. Amien
Senin, 13 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar