Jumat, 07 November 2008

Perjalanan seorang kawan....

Seorang kawan dari perantauan, jauh diujung pulau di Indonesia, dimana saya pernah tinggal kurang lebih 2 tahun. Tak pernah terbayangkan kalau saya akan pernah menginjak pulau yang bernama Sulawesi Selatan. Dalam benak,yang terbayang adalah pulau yang masih jauh dan penuh dengan hutan dan pepohonan. Ternyata tidak, Ditengah kota besar Makassar aku tinggal di kawasan elit, milik Yusuf Kalla. Bukit Baruga, kawasan bergengsi yang dihuni oleh petinggi dan para Bupati. bersih dan rapi. Kebetulan saya tinggal di jalan utama kawasan itu, dimana kiri kanan tetanggaku lumayan jauh jaraknya, saking besarnya rumah. tipe 100. dengan lebar jalan hampir 10 meter dengan dua jalur. Gak banyak kendaraan lewat. Mobil berjajar parkir milik penghuni, yang rata-rata memiliki lebih dari satu mobil. sementara saya. hanya sebuah mobil putih tua Daihatsu tahun 88.Dalam hati ada perasaan minder juga. Tapi ahh apa artinya, saya pun akhirnya tak peduli.Samping rumah ada seorang tetangga asli suku Bugis,lumayan ramah, karena dia merasa senasib dengan saya. Bukan orang berpunya. Hanya menempati rumah kakaknya. Seberang rumah, seorang dokter, kerabat gubernur Sulawesi waktu itu. 2 blok dari rumahku, dialah kawan yang ingin kutemui, seorang istri pejabat pemerintah, yang kini ingin aku ceritakan perjalanan hidupnya. Pertemuan awal sebenarnya aku tak menyangka. Mungkin karena doa yang senantiasa aku mohonkan saat aku pertama kali melangkah jauh dari kawan-kawan tempatku mengkaji dan mengaji bersama Sang Guru ruhani."Allah, dekatkan aku senantiasa dengan orang yang mencintaiMU,dan pertemukanlah aku dengan mereka senantiasa".Diajak seorang kawan yang coba membuat kelompok kajian ta'lim di rumahnya. Aku beranikan diri melangkah, meski agak ragu juga. Tapi, setelah kukenal beliau,yang bagiku adalah sosok istri bos dengan segala image yang menempel. Ternyata hatiku begitu menyatu dan kian dekat. Diantara teman-teman kajian disana. Beliau makin dekat dan obrolanpun kian sambung. Mulai dari cerita tentang awal pertemuan dengan suaminya, anak-anak dan lika-liku rumah tangganya. Dari beliau aku banyak belajar, bagaimana dia menjaga suami , dan dukungannya pada karir suaminya. Penampilannya yang selalu dijaga, memberi citradiri bahwa dia memang wanita yang pantas jadi tauladan . Sementara disisi ruhani, dia banyak berbagi dan sharing untuk saling mengisi. Yang kukenal, beliau sosok wibawa, meski sebenarnya dia begitu lemah untuk bisa mampu mandiri.Dukungan ruhani, dari kawan sepertiku membuat dia mulai belajar untuk jadi wanita yang benar-benar tangguh.Agak narsis juga ya...Tapi saya juga gak tahu mengapa beliau begitu percaya dan merasa ada sesutu yang membuat dia bisa berbagi hanya dengan saya. Sosoknya yang sangat jaim, membuat dia tak mudah berbagi cerita.Saya pun demikian. 2 tahun berlalu. beliau pindah tiba-tiba,dan saya kehilangan jejak. Saat saya kembali ke Gresik tempat tinggal dan rumah yang aku beli, dan sebentar saja kutempati. aku benar-benar sibuk untuk urusan keluarga dan upayaku belajar dan merintis TPQ.Sesekali aku kontak, ...untuk sekedar menyambung silaturohim. Hanya lewat kontak telpon, tapi jiwa dan hati, terasa tetap dekat. Begitulah jika iman sudah jadi perekat.Teman terasa lebih dari saudara yang sedarah.Akhirnya Allah perjalankan aku lagi, hingga tiba di kota Purwakarta. Kontak pun kian dekat. Awal tiba disini, langsung aku kontak beliau. Rasa sukacita terdengar dari suaranya, mengalir cerita tentang, bagaimana beliau berangkat haji bersama suaminya. Disini episode ceritanya mulai membuat aku kian tertegun......

Sosoknya yang anggun, tuturnya yang begitu santun, ternyata menyimpan duka yang tak pernah lepas dari kehidupannya. Materi bukanlah hal yang berarti..tapi kegelisahan hidupnya begitu dirasa, karena suami yang mendampinginya,dirasa makin jauh dari puncak ruhani yang kini dirasakannya. Sepulang haji, beliau seakan makin berada dipuncak ruhani, seakan-akan tak ada yang lebih dicintai dari selain pada penghambaan pada sang Kholik. begitu kuat rasa itu, membuat dia tak lagi mampu membiarkan dirinya tenggelam kesibukan dunia yang dirasa makin membuatnya tak lagi nyaman tanpa sentuhan iman.Sementara sang suami, dirasa makin jauh dari sosok yang diimpikan...begitulah dia terus berperang, dalam batin, mencoba menarik-narik diri antara berlari dan mendekati.sementara materi kian berlimpah ruah hingga seakan-akan langit telah dapat disentuhnya.Saat itulah aku selalu hadir. Entah mengapa terkadang dia menghilang, tak ada kabar. Tapi suatu saat tiba-tiba ada keinginan untuk kontak.Dan biasanya saat itu, beliau pasti sedang ada dalam kebimbangan dan butuh kawan untuk berbagi.Hingga saat ini, hampir satu tahun aku gak pernah dengar kabar.Suatu saat aku coba kontak. Biasa, pasti aku dulu yang menyapa. Ah aku pikir, gak apa-apa, toh saya lebih muda.meski setelah kontak, pasti dia yang banyak curhat dan cerita.Dari ujung telpon mulailah mengalir cerita-cerita yang tak pernah terbayangkan sebelumnya....Saat dipuncak materi.suaminya yang bagi saya sosok sempurna secara fisik maupun yang lainnya. Begitu harmonis, dimana dia waktu itu kutahu, gak pernah bisa makan tanpa harus didampingi istrinya.Hingga setiap makan siang, sopir selalu menjemput sang istri untuk dampingi makan di kantor. seringkali juga beliau membawakan bekal untuk suaminya.Semua begitu mengagetkan, ternyata dia harus menerima kenyataan, dipoligami..............Tak pernah menyangka dan juga menduga.Shock dan dia mencoba melepaskan diri dari kenyataan. Berlari dan coba untuk hindari. Makin tunjukkan bahwa dia mampu mandiri. Ikatan yang kokoh,hampir rapuh kalau bukan karena banyak teman dan orang- orang yang memiliki ketajaman mata hati,mendampingi dan memberi suport mental dan ruhani. Karena beliau bukanlah sosok yang mudah mengeluh pada setiap orang.Antara kuat, dan lemah dia seringkali harus jatuh bangun,bersama hatinya yang coba dikuatkan.Dihadapan anak-anaknya, dia tetap jaga wibawa dan keutuhan. Tetap aktif mengadakan ta'lim, dan meyibukkan diri dengan hobinya rancang desain.Itu terjadi disaat dia berada dipuncak materi,hingga akhirnya kondisi pun berbalik. Bisnisnya mengalami kehancuran,meski ukurannya dia masih mampu bertahan. Suaminya resign hampir satu tahun, saat itulah dia survive dengan bisnisnya yang dirintis dari hobinya merancang busana.Pelan tapi pasti, ekonominya mulai pulih, meski secara ruhani dia masih harus bertarung menyatukan hati.

Kekuatannya berbuah indah, suaminyapun mengakuinya sebagai sosok yang tak bisa tergantikan disisinya. Sikap poligaminya, adalah sebuah kealpaan sosok laki-laki dipuncak hidup serba materi.Sikap angkuhnya untuk coba menolak maaf atas suaminya, coba dilunturkan saat aku katakan,"Ibu, adalah magnet,untuk semua orang sekeliling, seandainya ibu mau coba merengkuh maaf suami, Insya Allah, magnet itu akan kiat kuat, untuk bisa memberi banyak manfaat seperti yang Ibu mau"Dipikirkan juga kalimat itu. Dan ia coba lunturkan sedikit-demi sedikit keangkuhan diri atas suami yang telah menyakiti.Saat itu terjadi...............Ujian seakan tak pernah berhenti menghampiri....Ayah tercintanya....tervonis sakit yang langka Kanker getah bening yang mengerogoti tulang.Sampai disini......Dia berkirim sms.. Tak henti-henti aku selalu memohon doa pada setiap orang sholeh yang kujumpa, hakekat ujian apa yang meski kulewati......Sebelumnya dia terus mencoba sms saya. agar diagnosis sakit ayahnya tak mengerikan, meski ia sudah merasa dan yang buruk yang akan dikabarkan. Malam itu kucoba,memberi sedikit energi dengan doa. Terasa ada yang sakit di dada.Seakan ada isyaroh, tentang sakit ayahnya. Waktu itu aku coba menenangkannya"Ibu Takdir belum nyata, masih ada ruang untuk kita berupaya". Saat kabar itu datang. Tertegun aku, tak terasa airmataku ikut mengalir, merasakan kesedihan yang teramat dalam.Kuberi kekuatan dengan kalimat yang mungkin bisa sedikit jadi obat"Ibu harus kuat, karena Ibu diperjalankan untuk mengambil banyak ilmu hikmah dari episode hidup yang ibu alami.Bersandarlah Bu, bila lelah, tapi Ibu jangan putus asa.IBu harus kuat...... Teringat istikoroh seorang kawan yang bantu aku belajar ruhani untuk pemusatan energi. Tertulis di surat Albaqoroh:259. Dan benar penyakit itu merapuhkan tulang-tulang. Tapi Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.MUdah-mudahan semua berakhir baik... kita berkaca pada hidup yang masing-masing orang punya cerita.Tergantung nilai manusianya. Apakah ia mampu mengambil Hikmah...?

Senin, 03 November 2008

Santri yang Hilang???????????

Di sebuah padepokan, ada beberapa santri berguru, pada seorang Suhu, yang baru pulang menuntut ilmu dari negri yang jauh. Ada sembilan orang santri yang tekun mndengarkan petuah-petuah guru. Bertahun-tahun menuntut ilmu, padepokan itu kian dikenal, 9 santri yang berkhidmat pada guru tetap terus belajar, hingga makin bertambah murid-muridnya. Kesaktian Sang Guru kian tersohor ke seluruh penjuru desa. Akhirnya sang Guru berkata pada murid-muridnya." Wahai murid ku udah saatnya kita memdirikan sebuah padepokan yang lebih luas" kemudian sang Guru berjalan mencari tempat yang cocok untuk mendirikan padepokan yang lebih luas. Berdirilah sebuah padepokam di lereng bukit.Murid-muridnya masih sedikit, hingga hubungan mereka kian erat bagai saudara. Tahun- demi tahun berganti, murid bertambah, dan para santri ada yang harus pergi karena tugas, atau juga saat mereka harus menikah. Tapi didalam hati murid-murid itu telah terpatri, bahwa jarak tak bisa memisahkan hati yang sudah terpatri. Dengan berat hati, para murid-murid awal itu harus pergi...dan berpamitan pada Sang Guru. Pesan Beliau. "Dimana saja berada, kamu mesti harus berbuat,yang bisa memberi manfaat.Jangan pernah berhenti sampai ajal menanti"Pesan itu jadi bekal mereka menempuh jarak yang jauh dari padepokan.Salah satu santri ada yang harus pergi menyebrang lautan, ada pula yang harus tinggal disebuah dusun terpencil.semua dijalani dengan tetap menjaga hubungan dengan Sang MUrobbi.Bertahun-tahun santri itu pergi, kini padepokan itu telah kian besar dan megah. Ribuan santri berguru pada Sang Guru yang kian kesohor kesaktiannya. Tapi........saat jumlah santri itu kian bertambah, dan padepokan makin terkenal, terbersit berita, tak sedikit diantara mereka saling berselisih dan berebut posisi, ada yang khianat ada pula yang saling berselisih paham. Sang Guru tak henti-henti memberi nasihat untuk tetap menjaga ilmu yang telah diberi...Tapi tetap ada saja selisih yang terjadi.Hingga suatu hari Sang murid lama itu kembali.Segala kerinduan tercurah untuk kembali bersam dengan guru dan padepokannya. ia berkata pada Gurunya" Wahai guru, alangkah ruginya, murid-murid yang tak mau mendalami ilmu, karena ternyata di pedalaman sana, sulit sekali hidup tanpa ilmu darimu" Sang Guru cuma tersenyum, penuh arti,"Bagaimana aku ini guru...Aku terus diperjalankan untuk berjalan antar desa ke desa. ingin sekali aku terus bersama, tapi takdirku membawanya untuk terus berjalan???Apakah aku ditakdirkan untuk terus menjadi orang yang membuka lahan..hingga bila tampak waktu hasil akan dituai, aku harus pergi untuk memulai lagi???"Sang guru menjawab dengan bijak."Semua orang diperjalankan dengan takdir masing-masing yang ditetapkan.Tetaplah berjalan, dan teruslah menanam,hingga saat Tuhan akan tentukan dimana kamu akan dihentikan".Akhirnya Sang murid menemukan tempat, dimana dia bisa bergabung dengan kawan- kawan seperguruan.Tentu mereka tak pernah kenal, siapa dirinya, karena bertahun waktu telah memisahkan.Berbekal pengalaman di perantauan, dan rasa gembira karena rindu akan ketulusan Sang Guru, penuh semangat, dia mencoba menawarkan diri untuk masuk barisan bersama teman teman seperguruan.Tapi.................apa kata mereka????Siapa kamu....apa maksudmu kembali ke sini????Bukankah kamu murid yang telah lama pergi, dan tak pernah tahu apa yang terjadi selama ini??Kamu tak pernah hadir, saat Guru bersedih, saat bencana menimpa padepokan ini??.Ahhh. dalam hati Sang murid yang rindu itupun, menahan sedih,ternyata kawan-kawannya, tak pernah memahami arti hadirnya hati, mereka beranggapan harus selalu diiringi hadirnya fisikTernyata tak mudah untuk kembali saat masing-masing merasa diri lebih berarti. Bagaimana dan dimana ikatan hati yang selalu Sang Guru ajarkan selama ini. Akhirnya sang murid itupun pergi...dan terus berjalan dengan membawa hikmah. Bahwa dia memang diperjalankan untuk terus merangkai bagian-bagian yang terserak dari jalinan ilmu hikmah untuk nantinya siapa yang menyatu, dialah yang masing memiliki kalbu.Dengan atau tanpa padepokan itu.Asal tetap hatinya bersama Sang Guru............